You are currently viewing Memaknai Quranic Science Bagian I

Memaknai Quranic Science Bagian I

Tulisan Bagian Ke-1
MEMAKNAI QURANIC SCIENCE
Oleh : Ir. Runjai Wangsa Laksana
15 November 2019

Umat manusia baik kaum barat maupun cendekiawan muslim sudah berabad-abad melakukan penelitian atas alam dan kehidupan. Maka mereka takjub dan mengucapkan “Robbana ma kholaqta hadza bathila”. Wahai Maha Pengasuh, seungguh tidak sia-sia Engkau menciptakan semua ini. Bagaimana tidak penciptaan alam begitu menakjubkan tertata rapih, keteraturan, seimbang baik yang makroskopis yakni alam jagat raya maupun bersifat mikroskopis kehidupan makhluk kecil seperti bakteri, amuba dan lainnya. Terciptanya waktu karena adanya pergerakan matahari, bumi dan bulan. Awan yang merupakan simpanan air di angkasa dengan pengaturan suhu dan tekanan akan berbuah hujan. Hujan yang mampu memberi kehidupan yang menghidupkan sesuatu yang mati. Bahkan kotoran sapi bisa jadi pupuk dan biogas. Energi listrik dapat dihasilkan dari air, batu bara, angin, panas matahari juga gelombang laut. Ada triliyunan jumlah senyawa klorofil pada daun hijau menjadi koki-kokinya Allah di muka bumi dengan bantuan sinar matahari menghasilkan karbohidrat yang sumber nutrisi hewan dan manusia. Dari sumber yang sama yaitu batang tumbuhan dalam jutaan tahun dapat menghasilkan batubara yang hitam dan intan yang cemerlang. Bahkan mutiara yang indah dapat dihasilkan dari kerang laut. Lihat juga pohon kapas dan ulat sutra dapat menghasilkan tenunan menjadi pakaian yang indah sehingga manusia menjadi bermartabat atas pakaian yang dikenakan untuk menutupi auratnya. Lihat lagi yang ada di udara ada kilat yang menyambar yang menimbulkan ketakutan dan harapan. Kilat dengan temperatur tinggi mampu memecahkan ikatan nitrogen di awan dan bereaksi dengan oksigen menghasilkan senyawa nitrit dan nitrat dengan air hujan jatuh ke bumi menjadi pupuk amonia hasil dari proses alam. Ini sebagian kecil dari ayat-ayat kauniyah yang tersebar di alam semesta merupakan tanda-tanda kemahabesaraan Allah.
Bagaimana dengan kita apakah sudah memikirkan yang
peristiwa-peristiwa yang menakjubkan itu? …..Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti (QS ArRum 24).

*سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ*

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat, 53).

Mari kaum pendidik harus mampu meracik kurikulum QURANIC SCIENCE untuk diimplementasikan ke tingkat pembelajaran tidak lagi dikotomi antara muatan diniyah dan mata pelajaran umum (sosial, sains). Pahamanan yang komprehensif memberi makna internalisasi ayat-ayat Alqur’an kedalam setiap materi bahan ajar. Jadi tidak ada kehampaan dalam prosss pembelajaran tak kala kita mampu mengambil Alqur’an dan Al hadits sebagai rujukan utama untuk mengembangkan ilmu-ilmu umum lainnya.
Sejatinya sekolah Islam dan atau yang berbasis kepondokan akan maju dan berkembang menghasilkan generasi Ulul albab jika mampu mengembangkan kurikulum terintegrasi tersebut.
wallahualam bissawab

Leave a Reply